JIPFest 2025 Coexistence Hadir dengan Lebih dari 300 Karya Memikat
JIPFest 2025 Coexistence kembali membuka ruang dialog antara fotografi, manusia, alam, dan teknologi lewat pesta visual yang menggugah. Festival ini berlangsung dari 12–21 September di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.
Apa Itu JIPFest 2025 Coexistence?
“Coexistence” adalah tema utama tahun ini, menyoroti hubungan simbiotik antara teknologi dan kehidupan manusia—dari cara kita berinteraksi, membangun identitas, hingga bagaimana teknologi membentuk cara kita melihat alam dan budaya.
Kurator utama, termasuk Yoppy Pieter, Chelsea Chua, dan Direktur Program Irene Barlian, memilih 21 proyek fotografi dan multimedia dari lebih seratus pelamar dari 22 negara. Semua dipamerkan dalam rangkaian acara foto resmi JIPFest 2025.

7 Hal Menarik di JIPFest 2025 Coexistence
Berikut tujuh daya tarik yang wajib diperhatikan di JIPFest 2025 Coexistence:
1. Total Karya & Peserta Internasional
Lebih dari 300 karya diperlihatkan, dibuat oleh 21 seniman dari dalam dan luar negeri. Kurasi dilakukan dari ratusan karya yang masuk lewat open call dan undangan kurator.
2. Tema & Isu Besar: Teknologi dan Identitas
Tema Coexistence membuka diskusi: siapa yang mengendalikan teknologi, siapa yang diuntungkan, siapa yang tertinggal. Teknologi bukan lagi sekadar alat, tetapi bagian dari identitas manusia, cara kita terhubung dan membentuk kenangan.
3. Eksperimen dengan AI dan Interaktivitas

Salah satu instalasi eksperimental memungkinkan pengunjung mencoba selfie yang kemudian diproses dengan AI untuk “mendeteksi karakter”. Meski detail karya spesifik sering berubah, ini menunjukkan bagaimana teknologi digunakan secara kreatif dalam festival. (Catatan: instalasi seperti ini pernah dilaporkan dalam liputan awal festival).
4. Dokumentasi Lingkungan & Dampak Sosial
Salah satu seri karya yang disorot ialah karya Adlun Fiqri yang menggambarkan efek ekstraksi nikel di Maluku Utara: luka alam dan masyarakat sebagai akibat tambang besar. Festival ini menyentuh isu lingkungan sekaligus identitas dan kelestarian manusia serta alam.
5. Diskusi dan Talkshows Mendalam
Ada enam sesi diskusi di akhir pekan festival, membahas berbagai topik seperti praktik fotografi dokumenter vs komersial, AI dalam seni foto, serta bagaimana seniman dan pengelola industri beradaptasi dengan ekonomi dan teknologi.
6. Akses & Tiket
Festival berlangsung sepanjang 10 hari, tiket harian dibanderol sekitar Rp 40.000. Pengunjung bisa mengakses sejumlah acara seperti pameran, fair foto, talkshows, dan proyeksi malam hari.
7. Lokasi & Suasana
Bertempat di Taman Ismail Marzuki, Galeri Emiria Soenassa dan Galeri-Galerinya, JIPFest 2025 Coexistence memanfaatkan ruang publik seni dengan atmosfer yang menggabungkan elemen modern dan tradisional. Lokasi ini memudahkan publik umum untuk hadir dan merasakan pengalaman visual yang mendalam.
Pentingnya JIPFest 2025 Coexistence di Tengah Perkembangan Teknologi
Festival seperti JIPFest 2025 Coexistence hadir sebagai wadah refleksi penting di era digital. Teknologi tidak bisa dianggap neutral; ia membawa konsekuensi sosial, psikologis, dan politik. Dengan cara memvisualisasikan dampak tersebut melalui fotografi, festival ini membantu publik memahami bukan cuma “apa yang berubah”, tapi juga “bagaimana kita berubah”.
Seniman-seniman yang terlibat memperlihatkan bahwa teknologi bisa menjadi sarana pengungkapan narasi, pelestarian memori, sekaligus kritik sosial. Misalnya, lewat penggabungan multimedia, AI, dan dokumentasi lingkungan, tema coexistence menjadi pengalaman visual sekaligus intelektual.
JIPFest 2025 Coexistence bukan hanya sekadar pameran foto. Ia adalah perayaan, refleksi, dan tantangan: merayakan kreativitas fotografi di era teknologi, merefleksikan dampak terhadap identitas dan lingkungan, serta menantang kita agar tetap manusiawi dalam menghadapi percepatan digital. Bagi siapa pun yang tertarik pada seni, budaya, dan masa depan hubungan manusia-teknologi, festival ini wajib dikunjungi.