7 Sorotan Art and Bali 2025: Fokus pada Bridging Dichotomies yang Menginspirasi

Art and Bali 2025 resmi dibuka dan langsung mencuri perhatian sebagai pelopor pameran seni internasional di Bali. Digelar pada 12–14 September 2025 di Nuanu Creative City, pameran ini menghadirkan konsep unik yang menyatukan seni tradisional dan kontemporer, serta ranah digital dan fisik. Tema utamanya adalah Bridging Dichotomies, yang mengeksplorasi dialog antara beragam kontras: lama dan baru, tangan dan mesin, lokal dan global.

art and bali 2025
Media gathering Art and Bali 2025 digelar di kawasan Kuningan, Jakarta.

1. Platform Global di Nuanu Creative City

Sebagai lokasi pelaksanaan, Nuanu Creative City bukan sekadar venue—melainkan ekosistem kreatif seluas 44 hektar di Tabanan, Bali. Nuanu mengintegrasikan arsitektur berkelanjutan, instalasi publik seperti Earth Sentinels, dan ruang seni terbuka yang menjadikannya latar sempurna bagi fair inovatif seperti Art and Bali 2025.

2. Tema ‘Bridging Dichotomies’ yang Reflektif

Tema ini menjadi benang merah dalam semua program Art and Bali 2025. Bukan untuk menetralisir, tetapi untuk menyoroti bagaimana kerapuhan antara hal-hal yang berbeda dapat membentuk pemahaman baru. Ini adalah perayaan konvergensi—antara tradisi dan teknologi, lokal dan global.

3. Pameran New Media “Terra Nexus” oleh Mona Liem

Pameran utama, Terra Nexus, dikurasi oleh Mona Liem. Menampilkan instalasi media baru—mulai dari lanskap augmented hingga antarmuka spekulatif—pameran ini menyajikan dialog antara mitos, algoritma, ritual, dan kecerdasan buatan. Melalui karya dari 23 seniman asal lokal dan internasional, Terra Nexus memetakan ulang hubungan antara teknologi dan warisan budaya.

4. Galeri dan Instalasi Unggulan

Fair ini menyeleksi 18 galeri terpilih—sekitar 70% dari dalam negeri, sisanya mancanegara—tanpa open call, untuk menjaga kualitas kurasi. Beberapa peserta termasuk Art Agenda, Bagia Art Space, LAKU Art Space, dan Superlative Gallery. Selain itu, instalasi besar karya Heri Dono, sebagai pemenang J+Art Award, turut memeriahkan acara Art and Bali 2025.

5. Rangkaian Program Interaktif dan Diskusi

Pengunjung tidak hanya melihat karya seni, tetapi juga diajak berinteraksi melalui program seperti: Soft-start Sessions (diskusi dengan seniman lokal), Hands-on Encounter (workshop cetak dan tekstil), Sunset Interludes (pertunjukan cahaya dan performans), serta Spatial Conversations—tur arsitektural di Nuanu.

6. Keterlibatan Seniman Terkenal dan Talenta Muda di Art and Bali 2025

Selain seniman senior seperti Nasirun, Ubrux, Yessiow, juga hadir seniman muda dan proyek kreatif seperti Dhanny ‘danot’ Sanjaya (dunia bawah laut Minecraft), MIVUBI, Muhammad Aji Prasetyo (instalasi kinetik), serta Notanlab (cahaya interaktif).

7. Merangkai Jejak Seni Bali di Pentas Global

Dengan latar spiritual dan budaya Bali, Art and Bali 2025 menghadirkan pengalaman seni bukan sebagai hiburan semata, melainkan dialog ekologis dan kultural. Menurut Lev Kroll, CEO Nuanu, seni dipahami sebagai infrastruktur urban—bagian integral dari pengalaman ruang dan kota .

Kesimpulan

Art and Bali 2025 bukan hanya gelaran seni; ia adalah pertaruhan budaya dan teknologi dalam bingkai keberlanjutan kreatif. Mengusung Art & Bali 2025 sebagai kata kunci SEO, artikel ini menyoroti dari tema, lokasi, program, hingga bagaimana acara ini menjadi jembatan antara seni tradisional dan digital di panggung global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *