Patung berjudul “Saint or Sinner” karya seniman Britania Raya Mason Storm kini menarik perhatian publik di Basel, Swiss — dan menimbulkan gelombang diskusi tentang seni, agama, dan politik.

1. Latar Belakang Pameran
Patung “Saint or Sinner” ini menggambarkan mantan Presiden AS Donald Trump mengenakan jumpsuit oranye tahanan, direntangkan di sebuah salib putih yang mirip ranjang eksekusi.

Karya tersebut dipamerkan oleh galeri Galerie Gleis 4 melalui cabangnya di kawasan pusat kota Basel (Basler Kunstmeile) setelah rencana awal di stasiun kereta utama dibatalkan karena khawatir keramaian.
2. Detil Karya “Saint or Sinner” dan Eksposurnya

- Ukuran karya: sekitar 1,47 m x 83 cm.

- Tekstur dan realisme sangat menonjol — pemilik galeri menyebut “Anda bisa melihat setiap kerutan, kulitnya terlihat sangat nyata, benar‑benar mengganggu.”

- Lokasi pameran: jendela tampilan di bawah kanal pejalan kaki di kawasan pusat Basel, bukan di ruang galeri tertutup.

- Waktu: mulai akhir Oktober/awal November 2025.
3. Makna Visual dan Pesan yang Dihadirkan
Melalui karya “Saint or Sinner”, Mason Storm memadukan ikonografi religius—pengorbanan atau martir—dengan simbolisme penjara dan eksekusi, menghadirkan pertanyaan terbuka: apakah figur semacam Trump dilihat sebagai “suci” atau “dosa”?
Judul karya itu sendiri, “Saint or Sinner”, secara langsung menunjuk kepada dualitas tersebut.
Galeri menyebut bahwa karya ini “pertanyaan tentang moralitas, agama, kekuasaan dan standar ganda sosial”.
4. Reaksi Publik dan Sosial
- Rekaman jumlah pengunjung menunjukkan lebih dari 3.000 orang melewati area tampilan dalam satu hari kerja.
- Umumnya, reaksi publik di Basel tampak lebih ke arah kagum atau tertarik, bukan marah: salah satu pengunjung menyebut, “Ini tanda bahwa kita memiliki demokrasi… kita diizinkan menunjukkan hal‑hal seperti ini.”
- Namun, reaksi dari lingkungan agama atau konservatif muncul: seorang uskup Austria menentang karya tersebut karena menggabungkan simbol salib Kristen dengan figur kontroversial politik.
5. Tantangan Keamanan dan Pemilihan Lokasi
Awalnya galeri berencana memamerkan karya di stasiun kereta utama Basel pada September 2025, tetapi batal karena risiko keamanan dan potensi gangguan lalu lintas manusia.
Kini karya berada di lokasi yang lebih “terbatas”, dengan pengamanan yang diperketat seperti sensor, pengawasan, dan casing pelindung.
6. Penjualan dan Nilai Kolektor
Meski kontroversial, karya ini ternyata telah berhasil dijual ke seorang kolektor yang digambarkan sebagai “tokoh internasional” yang memilih tetap anonim.
Nilai asuransi karya tersebut dilaporkan mencapai angka enam digit tinggi (USD/CHF) menandakan bahwa pasar seni kontemporer tetap tertarik pada karya provokatif ini.
7. Implikasi Seni Kontemporer: Politik, Agama, dan Publik
Karya “Saint or Sinner” bukan sekadar instalasi visual, tetapi refleksi terhadap bagaimana figur publik dipersepsikan secara global—antara korban, martir, penjahat atau pahlawan.
Dalam konteks seni kontemporer, karya ini termasuk tren yang menggabungkan figur politik ke dalam media yang menantang norma.
Basel, sebagai kota seni internasional (termasuk pusat acara seperti Art Basel), menyediakan panggung yang relevan untuk jenis karya yang mengundang debat semacam ini.
“Saint or Sinner” oleh Mason Storm menjadi salah satu karya seni kontemporer yang paling diperbincangkan di Basel tahun 2025. Melalui citra yang mengejutkan—mantan presiden Amerika yang direntangkan di salib penjara—karya ini mengeksplorasi persimpangan antara kekuasaan politik, simbol keagamaan, dan respon publik modern. Entah Anda mendefinisikan sosok yang digambarkan sebagai “saint” atau “sinner”, karya ini telah berhasil memancing pemikiran, diskusi, dan kontroversi—sesuatu yang jelas diinginkan oleh sang seniman.

