7 Strategi Kesehatan Mental Gen Z di Dunia Kerja Modern
Kesehatan mental Gen Z menjadi sorotan utama di era dunia kerja modern. Generasi ini menghadapi tekanan tinggi seperti beban kerja, ekspektasi karier, dan kecemasan sosial yang ditambah oleh ketidakpastian ekonomi. Meski demikian, semakin banyak Gen Z yang mulai menerapkan cara-cara konkret agar tetap sehat secara mental sambil menjalani karier — berikut 7 strategi efektif yang kini populer.

1. Kenali dan Kelola Emosi Diri
Langkah pertama dalam menjaga kesehatan mental Gen Z adalah meningkatkan kesadaran emosional. Banyak psikolog menyarankan agar Gen Z meluangkan waktu untuk mengenali perasaan seperti stres, marah, atau kelelahan. Menurut ahli, pemahaman emosi ini akan membantu mereka mengantisipasi kapan butuh berhenti sejenak dan mereset diri sendiri.
2. Manfaatkan Jeda sebagai Ruang Pemulihan
Gen Z tidak malu lagi memberi prioritas pada waktu istirahat. Karena tekanan di pekerjaan bisa sangat tinggi, memberi “jeda” — baik itu waktu malam, akhir pekan, atau cuti singkat — sangat penting. Aktivitas ini bukan hanya untuk bersantai, tetapi juga untuk menenangkan pikiran dan mempertahankan keseimbangan mental.
3. Journaling sebagai Rutinitas Reflektif
Menulis jurnal atau journaling menjadi metode populer di kalangan Gen Z untuk mendukung kesehatan mental Gen Z. Aktivitas ini memungkinkan mereka menguraikan pikiran dan perasaan secara reflektif, menemukan pola emosi, dan menetapkan apa yang benar-benar penting.
Psikolog juga menyebut bahwa journaling tak selalu perlu waktu tertentu — bisa kapan saja saat emosi muncul. Aktivitas ini bukan sekadar menulis “apa yang terjadi,” tetapi juga meresapi apa makna di balik perasaan tersebut.
4. Kembangkan Self-esteem melalui Refleksi Positif
Lewat journaling, Gen Z bisa menuliskan hal-hal yang disyukuri atau hal-hal yang memberikan arti bagi dirinya. Ini menumbuhkan pemahaman akan nilai diri, serta meningkatkan rasa percaya diri.
Kebiasaan ini juga bisa menguatkan kesadaran bahwa mereka memiliki kekuatan dan potensi unik, yang berguna saat menghadapi stres atau kritik di dunia kerja.
5. Komunikasi Emosional yang Lebih Baik
Setelah menyadari emosi sendiri, Gen Z dapat belajar menyampaikan perasaan mereka kepada rekan kerja atau atasan dengan lebih sehat. Misalnya, mengatakan “Saat ini saya butuh waktu sendiri” saat merasa jenuh, atau menjelaskan batasan kerja agar tidak terbebani. Teknik ini memperkuat hubungan interpersonal dan membangun lingkungan kerja yang lebih empatik.
6. Ambil Keputusan Kerja yang Selaras Nilai
Generasi Z sangat menghargai makna dalam pekerjaan. Mereka cenderung memilih perusahaan dengan budaya kerja fleksibel, nilai sosial, dan keseimbangan hidup yang sejalan dengan pandangan pribadi.
Dalam survei dan penelitian terkini, banyak Gen Z yang rela mengganti pekerjaan jika lingkungan kerjanya terasa negatif bagi kesejahteraan mental.
7. Teknologi sebagai Alat Bantu, Bukan Beban
Menariknya, Gen Z juga memanfaatkan teknologi untuk menjaga kesehatannya sendiri. Beberapa di antaranya menggunakan aplikasi manajemen stres, meditasi, atau journaling berbasis digital. Studi desain teknologi juga menunjukkan bahwa mode “Inspiration” dan “Reality” di media sosial dapat membantu mengurangi efek perbandingan sosial yang merugikan.
Sementara itu, riset AI menunjukkan potensi journaling yang diperkuat oleh kecerdasan buatan: aplikasi AI dapat memberikan saran aksi berdasarkan kenangan pengguna dan meningkatkan suasana hati secara signifikan.
Tantangan yang Masih Dihadapi Gen Z
Meskipun strategi di atas mulai diterapkan, kesehatan mental Gen Z di dunia kerja masih punya banyak tantangan:
- Sebuah studi dari MetLife melaporkan penurunan kesehatan holistik Gen Z, termasuk mental, sosial, dan finansial.
- Tekanan industri sering tidak sinkron dengan nilai kesejahteraan Gen Z, karena struktur kerja tradisional masih sangat hierarkis dan kompetitif.
- Beberapa Gen Z juga merasa sulit meminta dukungan, meskipun stigma mental semakin berkurang.
Kesehatan mental Gen Z di dunia kerja modern menjadi isu penting yang perlu mendapat perhatian serius — baik dari para pekerja muda sendiri, maupun dari perusahaan dan pemimpin tempat kerja. Strategi seperti pengenalan emosi, jeda terencana, journaling, komunikasi emosional, dan pemanfaatan teknologi terbukti membantu menjaga keseimbangan mental dan produktivitas.
Di tengah tantangan struktural dan ekspektasi tinggi, Gen Z mulai menciptakan definisi baru soal bagaimana bekerja “dengan sehat,” bukan hanya untuk mencapai target, tetapi juga menjaga kesehatan mental Gen Z.
