Dahaga Baca Pekerja Meningkat: Kebiasaan Membaca Tergerus oleh Dunia Kerja
Dahaga baca pekerja kian nyata di era modern: di tengah padatnya ritme kerja, waktu membaca untuk hiburan menurun drastis. Sebuah studi baru dari University of Florida dan University College London (UCL) menemukan bahwa proporsi orang dewasa di Amerika Serikat yang membaca untuk kesenangan harian telah turun dari 28% pada 2003 menjadi hanya 16% pada 2023.

Penurunan ini tidak hanya menunjukkan hilangnya hobi, tetapi juga pertanda krisis budaya dan kesehatan mental di kalangan pekerja yang “haus baca”.
1. Penurunan Membaca untuk Kesenangan: Sekitar 40% dalam Dua Dekade
Menurut analisis data dari American Time Use Survey (ATUS) yang melibatkan lebih dari 236.000 orang dewasa, kebiasaan membaca untuk kesenangan menurun sekitar 3% per tahun selama 2003–2023.
Pada tahun 2023, hanya sekitar 16% responden melaporkan membaca untuk hiburan di hari “diari” mereka.
2. Ketimpangan Sosial Semakin Tajam
Penurunan kebiasaan membaca tidak merata di semua kelompok masyarakat. Studi tersebut menunjukkan bahwa:
- Penurunan membaca lebih tajam pada orang kulit hitam dibandingkan kulit putih.
- Mereka dengan pendidikan rendah dan pendapatan rendah menunjukkan penurunan lebih besar.
- Penduduk di daerah non-metropolitan (pedesaan) juga mengalami penurunan yang lebih drastis dibandingkan penduduk di perkotaan.
3. Waktu Membaca Orang yang Masih Membaca Meningkat
Menariknya, meskipun jumlah orang yang membaca untuk kesenangan menurun, mereka yang tetap membaca justru meluangkan lebih banyak waktu. Rata-rata waktu membaca per hari bagi pembaca hiburan meningkat dari 1 jam 23 menit pada 2003 menjadi 1 jam 37 menit pada 2023.
4. Kendala Dunia Kerja dan Digital Menyebabkan Dahaga Baca Pekerja
Beberapa faktor utama yang diduga menjadi penyebab dahaga baca pekerja adalah:
- Tekanan kerja: Jam kerja panjang, multitasking, dan beban pekerjaan menguras energi.
- Budaya digital: Hiburan digital, media sosial, video pendek, dan kecanduan layar “mengalahkan” waktu membaca.
- Akses terbatas: Akses ke materi baca (buku, e-book, perpustakaan) masih tidak merata di berbagai kelompok masyarakat.
5. Manfaat Membaca untuk Pekerja: Lebih dari Sekadar Hobi
Meski tergerus, membaca tetap punya peran penting dalam dunia kerja. Berikut manfaat yang bisa dirasakan:
- Kesehatan mental: Membaca dapat menjadi mekanisme rehat, meredakan stres, dan menjaga keseimbangan emosional.
- Pengembangan diri: Melalui membaca, pekerja memperluas wawasan, meningkatkan literasi, dan memperoleh ide baru untuk inovasi di tempat kerja.
- Kemampuan berpikir: Kebiasaan membaca mengasah pemikiran kritis, introspeksi diri, dan refleksi, menjadikan karyawan lebih bijak dalam pengambilan keputusan.
6. Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Dahaga Baca Pekerja?
Strategi Individu
- Menciptakan waktu baca kecil: Sisihkan 5–10 menit di sela kerja, atau membaca saat perjalanan ke kantor (jika menggunakan transportasi umum).
- Manfaatkan teknologi: Gunakan e-book, aplikasi membaca, atau audiobook agar bisa membaca di mana saja.
- Ritual ringan: Jadikan membaca bagian dari rutinitas kecil — misalnya sebelum tidur, atau saat istirahat siang.
Strategi Organisasi dan Perusahaan
- Buat ruang baca di kantor: Lounge baca atau sudut dengan buku dan e-reader bisa menjadi oase di tengah stres kerja.
- Program berbagi pengetahuan: Adakan sesi book club internal, diskusi literasi, atau klub membaca antar tim.
- Dukung fleksibilitas waktu: Perusahaan bisa mendorong karyawan untuk memasukkan “waktu recharge intelektual” sebagai bagian dari kesejahteraan karyawan.
7. Implikasi Lebih Luas: Budaya & Kesehatan Publik
Penurunan kebiasaan membaca bukan hanya urusan individu atau perusahaan, tetapi juga masalah sosial dan kesehatan publik. Sebagaimana dikatakan para peneliti, membaca adalah perilaku “penunjang kesehatan”: selain memperkaya pengetahuan, membaca memberi kontribusi terhadap kesejahteraan emosional dan sosial masyarakat.
Jika dahaga baca pekerja tak ditangani, kita bisa menghadapi generasi yang tidak hanya “sibuk bekerja”, tetapi juga kehilangan rasa ingin tahu, empati, dan kapasitas reflektif — semua kualitas yang penting di era kompleks.
Dahaga baca pekerja kini menjadi isu nyata: studi internasional menunjukkan penurunan tajam dalam membaca untuk kesenangan di antara orang dewasa, terutama mereka yang bekerja. Tekanan kerja dan dominasi konten digital menjadi penyebab utama, tetapi dampaknya meluas ke aspek kesejahteraan mental dan perkembangan pribadi.
Solusi tidak harus besar: melalui kebiasaan kecil dan dukungan dari perusahaan, membaca bisa kembali menjadi bagian penting dalam kehidupan pekerja. Dengan demikian, dahaga baca pekerja bukanlah sekadar nostalgia lama, melainkan panggilan untuk membangun kembali “budaya baca” yang seimbang di tengah tuntutan kerja — agar kita tidak hanya produktif, tetapi juga terus tumbuh sebagai manusia yang berpikir dan berkembang.
