7 Alasan Gen Z Dipecat dari Pekerjaan: Survei Terbaru Ungkap Fakta Exclusive

Gen Z dipecat dari pekerjaan: Apa yang ungkapkan survei terkini?

Gen Z dipecat dari pekerjaan jadi sorotan utama dalam serangkaian studi yang dirilis tahun 2025. Sejumlah lembaga dan media menemukan bahwa generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an ini menghadapi angka pemecatan cukup tinggi, terutama dalam beberapa bulan pertama bekerja. Berikut ringkasan dan penyebab utamanya, berdasarkan data survei terbaru.

Gen Z dipecat

Angka Pemecatan Gen Z dalam Survei Terbaru

  • Dalam survei dari Cheapism (Juli 2025), ditemukan bahwa sekitar 6 dari 10 perusahaan pernah memecat karyawan Gen Z dalam tahun tersebut.
  • Survei juga menunjukkan bahwa banyak pemecatan terjadi sangat cepat, bahkan dalam minggu pertama atau sebulan pertama setelah perekrutan.
  • Sementara itu, dalam laporan oleh Boyden Executive Search, sekitar 60% perusahaan mengatakan mereka telah memutuskan hubungan kerja dengan lulusan Gen Z karena ketidakcocokan performa, termasuk masalah soft skills dan profesionalisme.

7 Penyebab Utama Kenapa Gen Z Dipecat dari Pekerjaan

Di bawah ini tujuh alasan yang sering muncul dalam survei terkait mengapa Gen Z dipecat dari pekerjaan:

  1. Kurang inisiatif dan motivasi
    Sekitar 50% pengusaha melaporkan bahwa Gen Z dianggap kurang proaktif dalam mengidentifikasi kebutuhan kerja tanpa harus diperintah.
  2. Komunikasi yang buruk
    Banyak tenaga kerja Gen Z yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi di lingkungan kerja, baik secara langsung maupun memanfaatkan komunikasi profesional. Keterampilan komunikasi interpersonal jadi salah satu poin kritis yang sering dikritisi.
  3. Kurangnya profesionalisme
    Ini mencakup etika kerja, cara berpakaian, sikap terhadap tugas dan atasan, serta kehadiran dan ketepatan waktu. Gen Z sering dinilai belum siap dalam aspek-aspek ini.
  4. Kesenjangan keterampilan teknis dan praktis (skill gap)
    Meskipun generation ini dibesarkan di era digital, ternyata banyak pekerjaan memerlukan keterampilan khusus (misalnya software, alat kerja, sistem internal) yang kurang dikuasai oleh beberapa anggota Gen Z.
  5. Produktivitas rendah / Mudah terdistraksi
    Survei melaporkan bahwa Gen Z kadang-kadang mengalami kesulitan fokus, terutama dalam pekerjaan yang membutuhkan konsistensi dan disiplin tinggi. Gangguan melalui media sosial atau perilaku multitasking yang tidak efisien disebut sebagai faktor.
  6. Kesulitan menerima umpan balik & adaptasi lingkungan kerja
    Banyak Gen Z merasa tidak nyaman jika dikritik atau mendapat feedback negatif. Juga terbiasa dalam lingkungan pendidikan atau remote yang lebih fleksibel, sehingga adaptasi ke kultur kerja tradisional dianggap berat.
  7. Ketidakcocokan budaya kerja & harapan yang tidak selaras
    Misalnya, harapan perusahaan terhadap komitmen waktu, cara kerja, atau standar profesionalisme bisa berbeda dari persepsi Gen Z. Jika persiapan onboarding, pelatihan, dan kejelasan harapan rendah, konflik atau kegagalan performa sering terjadi.

Implikasi & Solusi Agar Gen Z Tidak Mudah Dipecat

Karena begitu banyaknya kasus Gen Z dipecat dari pekerjaan, baik pekerja muda maupun perusahaan perlu melakukan penyesuaian.

Untuk Gen Z

  • Fokus memperkuat soft skills seperti komunikasi, manajemen waktu, dan adaptasi terhadap kultur kerja.
  • Mencari mentor atau bimbingan profesional agar memahami harapan kerja dan standar etika.
  • Mengikuti pelatihan teknis yang relevan dengan industri agar skill gap lebih cepat ditutup.

Untuk Perusahaan

  • Menerapkan onboarding dan pelatihan yang lebih struktural agar harapan kerja dari awal jelas.
  • Menyediakan umpan balik yang konsisten dan terbuka agar Gen Z bisa beradaptasi sebelum masalah membesar.
  • Memperjelas budaya perusahaan—jam kerja, komunikasi, profesionalisme—agar tidak terjadi miskomunikasi.
  • Memberi ruang fleksibilitas bila memungkinkan, karena Generasi Z banyak menghargai work-life balance. Hal ini juga dapat meningkatkan retensi karyawan.

Singkatnya, survei-survei terbaru menunjukkan bahwa Gen Z dipecat dari pekerjaan paling sering akibat kombinasi dari kesiapan teknis dan non-teknis yang belum optimal, harapan yang tidak sejalan, serta kurangnya adaptasi terhadap kultur kerja tradisional. Namun, dengan pelatihan yang tepat, komunikasi yang baik, dan dukungan dari perusahaan, banyak potensi Gen Z yang bisa berkembang dan bertahan lama di dunia kerja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *