5 Tantangan Gen Z di Dunia Kerja 2025: Studi Baru Ungkap Realita Exclusive

Tantangan Gen Z di Dunia Kerja: Menyongsong 2025 dengan Realita Baru

Tantangan Gen Z menjadi sorotan utama dalam dunia ketenagakerjaan saat ini. Seiring Gen Z memasuki pasar kerja di tengah disrupsi teknologi dan persaingan ketat, generasi muda ini dihadapkan pada hambatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

tantangan gen z

Pada September 2025, World Economic Forum mempublikasikan data berdasarkan penelitian Randstad yang melibatkan survey 11.250 talenta dan analisis terhadap 126 juta lowongan pekerjaan global. Data menunjukkan bahwa posisi entry-level turun sebesar 29 poin persentase sejak Januari 2024 — fenomena yang memperparah kondisi persaingan di kalangan pekerja baru.

1. Menurunnya Posisi Pemula Global

Sejak awal 2024, grafik lowongan junior (entry-level) secara global mengalami penurunan signifikan, yakni sekitar 29 poin persentase. Akibatnya, banyak Gen Z harus bersaing lebih keras atau menerima posisi yang kurang sesuai dengan aspirasi karier jangka panjang mereka.

Sebanyak hampir setengah responden menyebut bahwa pekerjaan yang mereka jalani saat ini tidak sejalan dengan impian mereka.

2. Mobilitas Pekerjaan yang Cepat

Tantangan Gen Z juga tercermin dari kecenderungan mereka berpindah kerja lebih cepat dibanding generasi sebelumnya. Rata-rata masa kerja di lima tahun pertama hanya 1,1 tahun, jauh lebih pendek dari milenial (1,8 tahun), Gen X (2,8 tahun), dan baby boomers (2,9 tahun).

Satu dari tiga pekerja Gen Z bahkan berencana berganti kerja dalam setahun mendatang, utamanya karena kurangnya prospek pengembangan karier dan makna (purpose) dalam pekerjaan mereka.

Data dari FM Magazine juga menyebut bahwa 52 % pekerja Gen Z saat ini aktif mencari pekerjaan baru, sementara hanya 11 % yang ingin bertahan lama di pekerjaan mereka sekarang.

3. Hambatan Pendidikan dan Latar Belakang Sosial

Sekitar dua dari lima Gen Z menyatakan bahwa latar belakang pendidikan (atau kekurangannya) menghalangi mereka meraih pekerjaan impian. Angka ini lebih tinggi dibanding milenial dan generasi sebelumnya.

Selain itu, 40 % menyebut latar belakang pribadi — seperti kondisi keluarga, status sosial ekonomi, atau demografi — menjadi hambatan dan tantangan Gen Z dalam mengejar karier ideal.

Menurut WEF, ini menunjukkan bahwa banyak talenta muda merasa hambatan di luar kendali mereka sendiri, seperti kualitas pendidikan atau kondisi keluarga, turut membatasi potensi mereka di dunia kerja awal.

4. AI: Peluang dan Kekhawatiran Bersama

Di tengah tantangan klasik tadi, tantangan Gen Z kini makin dipengaruhi kehadiran kecerdasan buatan (AI).

Lebih dari separuh responden (55 %) menyebut sudah menggunakan AI untuk menyelesaikan masalah di tempat kerja — angka ini tertinggi di antara generasi lainnya.

Namun, meski antusias, Gen Z juga paling banyak menyatakan kekhawatiran soal dampak AI terhadap pekerjaan mereka: sekitar 46 % merasa khawatir bahwa AI bisa mengambil alih sebagian peran mereka di masa depan.

Di sisi lain, dalam hal pelatihan terkait AI, terdapat kesenjangan gender: 46 % pria Gen Z melaporkan mereka telah menerima pelatihan AI di tempat kerja, sementara hanya 38 % wanita yang mendapatkan akses serupa.

Studi lain juga menunjukkan bahwa pelatihan dan kesempatan menggunakan AI tidak merata — pekerja dari latar belakang yang lebih rentan (misalnya difabel) menginginkan akses yang lebih besar agar tidak tertinggal.

5. Ambisi & Ekspektasi Tinggi

Walaupun menghadapi rintangan, tantangan Gen Z tidak memadamkan ambisi mereka. Dua dari lima pekerja Gen Z menyatakan bahwa mereka mempertimbangkan tujuan karier jangka panjang dalam memilih pekerjaan baru, menandakan fokus mereka pada gambaran besar.

Namun, di tengah ambisi itu, kurangnya jalur pengembangan karier menjadi Tantangan Gen Z dan penyebab umum mereka meninggalkan pekerjaan — hanya diperingkat kedua setelah faktor gaji.

Implikasi bagi Perusahaan & Rekomendasi

Agar perusahaan tetap relevan dan mampu menarik & mempertahankan generasi talenta baru, berikut beberapa rekomendasi berdasarkan hasil penelitian:

• Desain Ulang Jalur Karier

Bangun jalur karier yang jelas dan transparan, dengan milestone dan pengembangan yang tampak nyata, agar Gen Z merasa ada progress nyata dalam pekerjaan mereka.

• Investasi di Pengembangan Awal

Meski posisi entry-level menurun, perusahaan harus tetap menyediakan program pengembangan awal (onboarding, mentoring, training) agar Gen Z tetap merasa diterima dan memiliki ruang pertumbuhan.

• Pelatihan AI Secara Setara

Karena AI kini menjadi bagian tak terpisahkan, perusahaan harus memastikan semua talenta — baik pria, wanita, dan kelompok rentan — mendapat akses pelatihan AI untuk menutup kesenjangan keterampilan.

• Budaya Kepercayaan & Dukungan

Perusahaan perlu membangun budaya yang mendukung rasa percaya, memberikan umpan balik positif, dan membantu pekerja muda mengatasi keraguan diri, agar mereka merasa dihargai dan termotivasi.

• Komunikasi Makna & Tujuan

Gen Z sangat menghargai nilai (purpose) dalam pekerjaan. Organisasi perlu mengkomunikasikan visi, misi, dan dampak kerja agar selaras dengan aspirasi generasi muda.

Tantangan Gen Z di dunia kerja tahun 2025 mencakup banyak aspek: dari menyusutnya kesempatan pemula, mobilitas tinggi, hambatan pendidikan dan latar belakang, hingga peluang dan risiko di era AI. Namun, generasi ini menunjukkan karakter ambisius, adaptif, dan ingin terus berkembang.

Perusahaan yang mampu menyesuaikan strategi — terutama dalam hal jalur karier, pelatihan, dan budaya kerja — akan punya peluang besar memanfaatkan potensi Gen Z sebagai generasi penggerak masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *