5 Alasan Exclusive Kenapa Gen Z Ogah Kerja Kantoran di Tahun 2025

Gen Z ogah kerja kantoran kian menjadi sorotan dunia kerja global di tahun 2025. Tak lagi terjebak stigma “malas” atau “kurang inisiatif”, penolakan mereka terhadap model kerja tradisional didorong oleh faktor psikologis, budaya, dan ekonomi yang mendalam. Berikut lima alasan utama yang menjelaskan tren ini — dan bagaimana perusahaan sebaiknya merespons.

gen z ogah kerja kantoran
Gen Z lebih memilih untuk WFH / Work From Home

5 Alasan Kenapa Gen Z Ogah Kerja Kantoran di Tahun 2025

1. Loneliness dan Masalah Kesehatan Mental di Era Remote

Meski generasi ini kerap disebut digital native, bukan berarti mereka nyaman bekerja dari rumah sepenuhnya. Satu laporan terbaru menunjukkan 40% pekerja Gen Z merasa kesepian saat bekerja dari rumah karena kurang interaksi sosial yang membangun semangat dan koneksi nyata. Sebanyak 41% bahkan mempertimbangkan pindah pekerjaan demi mendapatkan fasilitas asuransi medis yang lebih baik. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan ruang fisik—untuk bertemu langsung—bukan sekadar nostalgia, tetapi juga untuk kesejahteraan mental.

2. Preferensi Hidup dengan Tujuan: Bukan Sekadar Gaji

Generasi Z tidak lagi terpaku pada “dream job” bertitel mewah. Mereka lebih memilih pekerjaan yang fleksibel, memiliki makna, dan mendukung keseimbangan hidup—notoriously, mereka lebih memilih purpose-driven work ketimbang jabatan tinggi tanpa keseimbangan. Ini memperkuat keputusan mereka untuk ogah jadi pegawai kantoran jika rutinitas kerja tidak memberi nilai hidup yang lebih tinggi.

3. Penolakan terhadap Norma Kantor Tradisional

Gen Z secara aktif menentang norma kerja yang kaku seperti jam 9–5, aturan berpakaian formal, atau kultur terlalu “selalu siap”. Artikel Forbes menyebutkan bahwa mereka menghindari aturan tradisional tersebut—dari jadwal kerja hingga dress code—dan justru menang karena fleksibilitas memberi mereka rasa penghargaan yang lebih tinggi.

4. Konsep “Conscious Unbossing” dan Menolak Struktur Hierarki

Fenomena conscious unbossing menggambarkan bagaimana Gen Z menolak naik ke peran manajerial tradisional demi menjaga autonomi, keseimbangan hidup, dan kesejahteraan psikologis. Bukannya cuek, mereka lebih memilih peran yang memberi kontrol atas waktu dan energi pribadi daripada struktur karier vertikal.

5. Kebiasaan Pekerjaan Eksentrik sebagai Bentuk Protes

Preferensi unik seperti ruang tidur siang, ruang bermain, dan kantor ramah hewan menjadi kebutuhan nyata, bukan sekadar gimmick. Survei menunjukkan sekitar 1 dari 6 Gen Z tidak mempertimbangkan pekerjaan tanpa fasilitas seperti nap room, dan 1 dari 5 menginginkan area bermain atau kantor pet-friendly. Kebutuhan ini mencerminkan terhadap penolakan mereka terhadap budaya kerja yang monoton dan stres.

Apa Artinya Bagi Perusahaan saat Gen Z Ogah Kerja Kantoran?

1. Mendorong Model Kerja Hybrid dan Peningkatan Interaksi
Tak lagi remote penuh, Gen Z menunjukkan preferensi hybrid: datang ke kantor untuk kolaborasi, lalu kembali remote sesuai kebutuhan. Model ini memberi kombinasi koneksi sosial dan fleksibilitas.

2. Tawarkan Perks Nyata: Keamanan dan Kesehatan Mental
Daripada ping-pong table, lebih efektif jika perusahaan menyediakan tunjangan medis, subsidi perjalanan, atau meal stipends yang benar-benar dirasakan manfaatnya.

3. Bina Karier dengan Tujuan dan Keterlibatan
Gen Z menghargai pekerjaan yang bermakna dan peluang untuk berkembang. Oleh karena itu, mentorship, pelatihan soft skill, dan proyek dengan dampak nyata bisa memperkuat keterlibatan mereka.

4. Kendalikan Ekspektasi: Mengurangi Stigma “Malas”
Ketimbang menuding Gen Z sebagai generasi “luwes”, penting menjembatani persepsi dengan realitas kebutuhan mereka: work-life balance, mental health, dan jenis keterlibatan kerja yang berbeda.

Sederet Fakta Pendukung:

  • Gen Z adalah generasi paling kesepian saat remote, memicu kebutuhan akan ruang kerja yang mendukung kesejahteraan mental.
  • Mereka bergerak dari “dream job” ke karier yang fleksibel dan bermakna.
  • Menolak aturan kerja tradisional seperti 9-to-5 dan formalitas, demi model kerja yang lebih manusiawi.
  • Mereka menghindari peran manajerial demi menjaga kebebasan dengan konsep conscious unbossing.
  • Fasilitas kantor—dari nap room hingga ruang bermain—digemari sebagai bagian dari kesejahteraan kerja mereka.

Kesimpulan

Gen Z ogah kerja kantoran bukan karena kurang ambisi atau gelisah tanpa alasan, melainkan karena mereka mendambakan pekerjaan yang mendukung kesehatan mental, fleksibel, memiliki tujuan, dan memberi ruang untuk menjadi diri sendiri. Perusahaan yang mampu membaca sinyal ini dan beradaptasi dengan pendekatan kerja yang lebih manusiawi punya peluang besar memenangkan hati dan talenta Gen Z.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *